Lidah adalah salah satu kenikmatan yang besar yang dianugerahkan
Allah kepada hambaNya, padanya terdapat kebaikan yang banyak dan
kemanfaatan yang luas bagi siapa yang menjaganya dengan baik dan
mempergunakannya sebagaimana diharapkan syari'at. Dan padanya pula
terdapat kejelekan yang banyak dan bahaya yang besar bagi siapa yang
meremehkannya (membiarkannya) lalu digunakannya pada jalan atau tempat
yang tidak semestinya.
Padahal Allah Ta'ala menciptakan lisan (lidah) itu agar digunakan
untuk dzikrullah (menyebut Asma Allah), membaca Al Quran, menasehati
manusia dan mengajak mereka kepada jalan Allah dan ketaatan serta
memperkenalkan kepada mereka tentang kewajiban-kewajiban mereka
terhadap Allah SWT.Maka jika si hamba mempergunakan lidahnya untuk
tujuan tersebut, maka dia tergolong orang yang bersyukur kepada Allah
atas nikmat lidah itu sendiri. Tapi jika sebaliknya, digunakan bukan
pada jalan kebenaran seperti disebutkan di atas, maka dia adalah orang
yang berbuat dholim lagi melampaui batas.
Lidah adalah anggota tubuh yang
dominan dalam dhohir manusia dan paling kuat dalam menyeret seorang
hamba dalam kebinasaan, ini semua jika tidak dijaga dan dipaksa dengan
tuntunan syari'at.Maka Rasulullah SAW sudah menasehati kita agar
menjaga lidah dengan baik, minimal dengan jalan tidak banyak berbicara,
selagi tidak bermanfaat atau tidak mengandung kebaikan, beliau SAW
bersabda (yang artinya):
"Barang siapa beriman kepada Allah dan Hari Akhirat maka berkatalah
yang baik, atau (jika tidak), diamlah ". (HR. Bukhori dan
Muslim)Rasulullah SAW bersabda (yang artinya):"Semoga Allah merahmati
seseorang yang berbicara kebaikan maka dia beruntung, atau diam dari
kejelekan maka dia selamat ".Dan banyak riwayat yang sampai kepada kita
tentang bahaya lidah ini, diantaranya, hadits Rasulullah saw (yang
artinya):"Dan tidakkah nanti seseorang akan diseret ke neraka dengan
wajah-wajah mereka (di tanah), terkecuali itu karena ulah lidah-lidah
mereka". (HR. At Tirmidzi, Ibnu Majah dan Al Hakim).
Dalam hadits yang lain disebutkan (yang artinya):"Setiap pembicaraan
anak adam adalah (saksi yang) memberatkannya, bukan untuk kebaikannya,
kecuali Dzikrullah, Amr Ma'ruf dan Nahi Munkar ".Rasulullah SAW
bersabda pula (yang maknanya):
"Sungguh ada seorang hamba berbicara dengan satu kalimat, dimana
ketika mengucapkannya dia tidak perduli (dengan cuek), tapi berkat satu
kalimat itu justru dia terjun ke neraka lebih jauh daripada jarak
bintang Tsurayya ".Maka lidah ibarat pedang yang tajam, jika tidak
dijaga dengan baik akan membinasakan orangnya, ibarat binatang buas,
jika si hamba lengah sedikit maka dia akan menyambar dan mencabiknya
dan lidah ibarat juru bicara hati, yang ada disana dilontarkan olehnya,
yang terpendam disana ditampakkan olehnya. Maka orang yang sholeh akan
diketahui dari cara bicaranya atau pembicaraan yang disampaikannya
demikian pula orang jelek akhlaknya dan kaku perangainya dapat
diketahui dari apa yang keluar dari lidahnya.Hal mana seperti dikatakan
oleh imam Hasan Al Bashri:"Sesungguhnya lidah orang mukmin berada
dibelakang hatinya, apabila ingin berbicara tentang sesuatu maka dia
merenungkan dengan hatinya terlebih dahulu, kemudian lidahnya
menunaikannya. Sedangkan lidah orang munafik berada di depan hatinya,
apabila menginginkan sesuatu maka dia mengutamakan lidahnya daripada
memikirkan dulu dengan hatinya ".
Ketajaman lidah mengalahkan ketajaman pedang yang mampu membelah
besi dan daya penghancur (rusak)nya sangat kuat mengalahkan cuka dalam
merusak madu yang manis, seperti diriwayatkan Ibnu Abi Dunya,
Rasulullah saw bersabda:"Tidak ada satupun jasad manusia, kecuali pasti
kelak akan mengadukan lidah kepada Allah atas ketajamannya".
Beliau saw bersabda pula :"Sesungguhnya kebanyakan dosa anak Adam
berada pada lidahnya" (HR. Ath Thabarani, Ibnu Abi Dunya dan Al
Baihaqi)Keutamaan menjaga lidahAl Imam Al Ghazali dalam Ihya' Ulumiddin
berkata: "Ketahuilah bahwa lidah bahayanya sangat besar, sedikit orang
yang selamat darinya, kecuali dengan banyak diam ". Oleh sebab itu,
Pembuat syari'at memuji dan menganjurkan diam, Nabi Muhammad SAW
bersabda (yang artinya):"Barang siapa yang diam, pasti dia selamat "
(HR. At Tirmidzi)
Luqman Al Hakim berkata: "Diam itu adalah kebijaksanaan, namun sedikit sekali orang yang melakukannya".
Abdullah bin Sufyan meriwayatkan dari ayahnya, dia berkata:"Aku
berkata kepada Rasulullah SAW, wahai Rasulullah, beritahukanlah
kepadaku tentang islam, dengan suatu perkara yang aku tidak akan
bertanya lagi kepada orang lain sesudahmu.". Nabi saw bersabda:
"Katakanlah, aku beriman, kemudian istiqamahlah". Dia berkata: "Lalu
apakah yang harus aku jaga?", kemudian Rasulullah saw mengisyaratkan
dengan tangan beliau ke lidah beliau. (HR. At Tirmidzi, An Nasa'I dan
Ibnu Majah).
Uqbah bin ‘Amir bertanya kepada Rasulullah SAW:"Wahai Rasulullah,
apakah jalan keselamatan?", Nabi menjawab: "Tahanlah lidahmu,
tinggallah di rumahmu (jangan banyak keluar) dan tangisilah
kesalahanmu". (HR. At Tirmidzi)Mu'adz bin Jabal bertanya kepada
Rasulullah Saw: "Wahai Rasulullah perbuatan apakah yang paling utama?",
kemudian Rasulullah menjulurkan lidah beliau yang mulia lalu meletakkan
jemarinya diatasnya dengan mengisyaratkan agar menjaganya.Sahl bin
Sa'ad meriwayatkan hadits dari Rasulullah saw, dimana beliau bersabda
(yang artinya):"Siapa yang menjamin untukku (agar menjaga) apa yang ada
diantara dua janggutnya (lidah) dan yang ada diantara dua kakinya
(kemaluan), maka aku menjamin untuknya surga " (HR. Bukhori)Rasulullah
Saw bersabda (yang artinya):"Siapa yang menahan lidahnya pasti Allah
menutupi auratnya, siapa yang dapat menahan amarahnya pasti Allah
melindunginya dari siksaNya, dan siapa meminta ampun kepada Allah, Dia
pasti menerima permohonan ampunannya " (HR. Ibnu Abi Dunya).Beliau saw
bersabda pula:"Simpanlah lidahmu kecuali untuk kebaikan, karena dengan
demikian kamu dapat mengalahkan syaitan " (HR. Ath Thabarani dan Ibnu
Hibban)
Cara menyelamatkan diri dari bahaya lidah adalah diam, kecuali dari
hal yang baik dan mengundang kebaikan. Para salaf pendahulu kita lebih
banyak diam daripada berbicara. Sebab dengan diam akan mengurangi dosa
dan bahaya yang timbul akibat lidah. Tetapi jika hak-hak Allah
dilecehkan, syariat dihina dan Rasulullah direndahkan, maka mereka
tidak akan tinggal diam. Mereka akan berbicara dengan lantang dan pasti
sekalipun di depan pemimpin yang kejam, sekalipun nyawa adalah
taruhannya. Jadi berbicara itu baik jika ditempatkan pada posisinya dan
diam itu baik jika ditempatkan pada tempatnya pula. Dan jika dibalik
maka rusaklah tatanan Amr Ma'ruf Nahi Munkar.
Bagaimana Imam Syafi'I tidak diam diri, manakala melihat sulthon
berbuat ketidakadilan, dengan tegas beliau berbicara, menasehati si
pemimpin itu. Tetapi jika ditanyakan sesuatu yang sekiranya tidak perlu
jawaban, maka beliau diam, tidak menjawab. Lihatlah bagaimana beliau
memposisikan sesuatu pada tempat dan waktu yang layak dan
tepat.Sebagian Ulama berkata: "Diam menghimpun beberapa keutamaan,
diantaranya keselamatan agama, kewibawaan, konsentrasi untuk berfikir,
berdzikir dan beribadah. Dan dalam diam juga terkandung keselamatan
dari berbagai tanggung jawab perkataan di dunia dan hisabnya di
akhirat", Allah SWT berfirman (yang artinya):"Tiada suatu ucapanpun
yang diucapkannya melainkan ada di dekatnya Malaikat Pengawas yang
selalu hadir (Raqib ‘Atid) " (QS. Qaaf 18)Bahkan diam mendatangkan
ibadah yang berpahala, jika diam itu didasarkan karena khawatir
berbicara sesuatu yang haram, demi mengharap ridho Allah. Rasulullah
saw bersabda (yang artinya):"Maukah kalian aku beritahukan tentang
ibadah yang paling mudah dan paling ringan bagi badan? Diam dan akhlak
yang baik " (HR. Ibnu Abi Dunya).Jika anda bertanya, apa sebabnya diam
memiliki keutamaan sedemikian besar? Maka ketahuilah bahwa sebabnya
karena terlalu banyak penyakit lidah, seperti ghibah, berdusta, mengadu
domba, berkata keji, riya', terlibat dalam kebathilan, bertengkar,
marah, menyingkap aurat orang dan lainnya. Oleh karena banyak penyakit
dan dosa yang timbul karena lidah, maka yang terbaik adalah banyak
diam. Kemampuan menahan lidah adalah jalan keselamatan, oleh sebab itu
keutamaan diam sangatlah besar. Wallahu A'lam.
sumber :
Kyai Ahmad Asnawi kudus,
Ihya' Ulumiddin karya Imam Al Ghazali
An
Nashoihud Diniyyah karya Al Habib Abdullah bin Alawi Al Haddad
Lidah itu sangat tajam, tajamnya lebih dari pedang..
BalasHapusjanganlah kau macam-macam,..
karena dari omongan, bisa menimbulkan keributan..
karena dari omongan, bisa menimbulkan permusuhan..
(by :Kharisma Yogi Noviana Al Madiuniy)
Diam lah pada waktu dan tempatnya dan sesuai dengan kadarnya..,
Menyesal karena diam itu lebih baik daripada menyesal karena berbicara... :)
telah tersedia obat luka karena terpelesetnya lisan seseorang, "Saling Memaafkan"..,dapatkan segera di apotik iman terdekat. hehe